Mendadak Bakso?

Tahun 2021, diawali dengan membuka warung bakso. Tunggu, tunggu…gimana?

Wacana mencoba buka usaha di luar kegiatan kami masing-masing, sudah sering saya diskusikan dengan suami. Bisnis apa ya? Yang paling sering muncul di benak, bisnis warung kopi karena kita berdua suka sekali ngopi. Banyak pilihan lain juga, tetapi masih sebatas wacana. Ingat sekali, bisnis warung bakso juga pernah diungkapkan suami. Karena bakso adalah makanan yang merakyat dan ada permintaan terus. Waktu itu kita bicara sambil ketawa-ketawa.  Begitulah obrolan-obrolan kami yang tidak segera dimatangkan.

Bulan Desember 2020, Mbak asisten rumah kami menanyakan pada suami saya apakah ada kerjaan untuk suaminya, yang berencana keluar dari tempat kerjanya karena alasan yang masuk akal. Sayangnya, pekerjaan suami yang banyaknya di tataran analisis dan konsep, tidak memungkinkannya untuk melibatkan Si Mas (begitu kami menyapanya).

Percakapan bergulir, hingga suatu hari sampai juga Si Mas pada niat untuk kembali ke pekerjaan lamanya: jual bakso.

Selama sekitar hampir 8 tahun Mbak bekerja di rumah kami, membuat kami menaruh percaya kepada mereka sekeluarga (saya rasa yang pernah kenal juga setuju). Serba bisa dan resik. Kami sepakat untuk memfasilitasi, demi Si Mas bisa mencari nafkah. Saya jadi merinding sendiri, ketika tiba-tiba semua kesempatan muncul di depan mata. Situasi dan waktu yang pas, dan bukankah ini sejalan dengan rencana kami terakhir? Warung Bakso.

Saya meminta Mbak membuat tester produk di rumah. Enak! Di sinilah, rasa optimis saya dan suami bertambah, dari hanya semangat memfasilitasi, menjadi lebih semangat untuk berkolaborasi dan “mengemas” bisnis ini seoptimal mungkin, sesuai keinginan keduanya untuk kami dampingi. Optimal adalah kata yang tepat, mengingat keterbatasan yang ada. Dari dananya yang terbatas, hingga pengalaman manajemennya.

Tempat, gerobak dan “teman-temannya”

Sayang sekali, saya tidak mencatat kapan tepatnya semua proses ini dimulai. Saya hanya ingat, sepanjang bulan Desember 2020, kami sibuk dengan rencana per-bakso-an. Mbak dan Mas yang hunting, kami mempertimbangkan hasil huntingnya. Mulai dari cari tempat, survey harga gerobak, peralatan, hunting meja, bangku dan lain-lain. Semuanya tidak terlalu sulit, karena tinggal mengulang pengalaman Si Mas, waktu masih jualan dulu. Namun saya dan suami juga memasukkan preferensi kami.

Dari beberapa tempat yang disurvey, sebuah ruko yang sebelumnya adalah sebuah barbershop, kami anggap cocok dan langsung kami booking. Kecil, namun cukup bersih.

Sambil membereskan ruko, gerobak juga dipesan. Kami memulai semua ini dengan sederhana saja. Jadi, alat makan yang dibeli tidak banyak dengan asumsi karena pandemi. Sendok garpu satu lusin dulu. Tempat saos juga tidak banyak.

Warung Bakso Kakang, namanya.

Anak kami yang kelas 4 SD, heboh begitu tahu kami diam-diam membuat proyek ini. Dia merasa kecolongan karena tidak dilibatkan dalam rencana buka warung bakso ini. Tentu saja, yang bukan porsinya tidak kami libatkan. Tetapi, saat kami mulai mendiskusikan nama, dia  ikut memberikan masukan-masukan. Suami yang mencetuskan ide, namanya Bakso Kakang. Kakang adalah panggilan anak sulungnya Mbak Sekar. Si Mbak sempat merasa tidak enak, karena merasa bahwa warung ini adalah usaha saya. Kami bilang, ini usaha bersama. Nama Bakso Kakang terasa mudah diingat dan simpel saja. Setelah semua menerima, barulah kami menugaskan bocah 10 tahun kami untuk membuat logo. Bebas saja, yang penting dia berkontribusi dan merasa dilibatkan. Kalau suatu hari logo perlu diganti, ya diganti saja nanti.

Logo buatan anak, yang dirapikan oleh Abunya. Ada versi orange-nya juga. Biar terkesan masih berantakan, yang penting dia merasa ikut terlibat.
“Bapak R&D” pembuat logo sedang sidak :)). Bawa alat makan dari rumah. (Kami tetap rekomendasikan take away selama masa pandemi ini, ya!)

Baru Mulai, Kok!

Bakso Kakang, beroperasi sejak awal Januari 2021 kemarin. Sambutan dari warga sekitarnya cukup bagus. Tentunya kami merasa usaha ini belum maksimal karena sampai 2,5 bulan  pertama belum beroperasi secara online juga. Semuanya dimulai dengan pelan-pelan. Saya yang belum pernah berbisnis kuliner dan Si Mbak yang belum akrab dengan pembukuan sederhana sekalipun, adalah kombinasi yang sangat kocak dan tidak mudah sepanjang satu bulan pertama. Pada akhirnya, semuanya harus belajar.

Kami menggarapnya dengan serius, namun memulai semuanya dengan niat sederhana saja. Semoga semua yang terlibat merasa diuntungkan dan berkah: dari penjualnya, hingga yang membeli. Semoga kehadiran Bakso Kakang, menambah alternatif jajanan dengan harga terjangkau. Kami ingin semua happy. Si Mbak sempat bercerita tentang pelanggan-pelanggannya yang punya bujet terbatas, dan tetap diladeninya. Ada yang minta dilebihkan air kuahnya, agar bisa tahan sampai makan malam (tinggal ditambah nasi). Ada yang minta porsi setengah dari porsi minimum yang telah kami tetapkan karena memang uangnya hanya segitu (banyaknya anak-anak kecil). Ah… ternyata kami memang satu visi. Bila pembeli bahagia dan kenyang karena kehadiran warung bakso ini, bukankah itu nilai yang tak bisa diukur?

Jadi bila ada pertanyaan-pertanyaan seperti:

Apa enggak riskan berinvestasi di era pandemi?

Kenapa bakso?

Ini semata-mata perkara niat, kesempatan, sumber daya yang tersedia di depan mata dan momen yang pas dari-Nya. Investasi semampunya, pemilik ruko yang memperkenankan uang sewa dicicil, Si Mas yang sudah pernah jualan bakso dan niat kami membuka usaha yang ditandai dengan keluarnya Si Mas dari pekerjaannya. Semua kebetulan ada di saat yang sama, dan dipermudah. Bila satu saja elemen tidak ada, tidak mungkin juga kami paksakan.

Kami belum tahu akan bagaimana ke depannya, karena seperti orang berdagang pada umumnya, penjualan tidak selalu bagus. Tetapi setidaknya, ini langkah-langkah kecil untuk: mulai saja dulu.

Mulai dengan sederhana dan gembira. Bismillah…

Sampai tulisan ini unggah, Bakso Kakang masih belum beroperasi secara online. Tapi siapa tahu lewat, silakan mampir dan mencoba. Enggak berlebihan lho, kalau saya dan suami bilang enak dan terjangkau. Oh ya, kami juga tetap merekomendasikan take away/dibungkus, karena keterbatasan tempat, juga mengingat kita masih berada di masa pandemi. Mari mampir 🙂

You may also like