Keyword: cerita receh, nostalgia lagi, harap maklum.
2004.
Dua tahun menikah, tinggal berdua di rumah kontrakan sekaligus studio bagi kami yang sudah Work From Home. Selain jalan-jalan, kami berdua hobi nonton dan mengoleksi film dalam format DVD. Selain film baru, mulailah berburu film-film lama. Salah satu yang paling susah didapat adalah film Only You yang diperankan oleh Robert Downey Jr dan Marisa Tomei. Film keluaran tahun 1994. Iya, berarti saat itu saya mencari film yang berusia 10 tahun.
Kenapa dicari? Karena itu film komedi romantis pertama yang saya tonton dengan si mantan, dan saya lupa ceritanya. Sebenarnya film yang pertama kalil kami tonton adalah The Mask (komedi), sudah ada di rumah karena mudah dicari.
Jadi kenapa Only You susah didapat? Seingat saya, karena memang ini bukan film yang bagus-bagus amat. Tidak se”booming” Pretty Woman, Ghost, Titanic, dan pastinya tidak bisa mengalahkan Forrest Gump yang menang banyak penghargaan.
Mungkinkah saya masih kurang kreatif mencari?
Mungkinkah ini ujian bagi perempuan yang hanya mencari sisi nostalgianya saja? He he he…
Pada akhirnya pencarian judul film ini hanya menggantung saja, dan teralihkan oleh cerita-cerita kehidupan berikutnya, yang lebih nyata di depan mata. Termasuk pindah tempat tinggal ke seberang pulau.
1994 – 2004 – 2024
Ya! Butuh 30 tahun untuk saya akhirnya bertemu film Only You ini lagi, di Netflix. Menonton kembali dan seperti dugaan, filmnya masuk dalam kategori menghibur saja. Bisa senyum membayangkan masa lalu dengan si mantan yang lagi pedekate dan melihat “Tony Stark” yang masih muda banget. Selain “berjalan-jalan” ke masa lalu dan lihat Robert Downey Jr masih muda banget, ada poin lain yang didapat.
Pertama, ternyata ada dua cerpen saya (kedua cerpen berkaitan, ditulis tahun 2018 dan 2020), berangkat dari tema yang hampir sama dengan film Only You ini: tentang keyakinan pemeran utama berkaitan dengan nama jodohnya. Walau beda eksekusinya, beda cara bertutur, beda latar, beda juga ending-nya, tetapi ternyata memang banyak cerita di dunia ini berangkat dari tema yang sama.
Kedua, ada pesan yang menarik yang bisa dijadikan quote, bahkan sudah saya share kepada anak saya. Waktu fortune teller (peramal) berkata kepada Faith (karakter utama perempuan saat dia remaja) yang terobsesi pada sebuah nama yang ia yakini adalah jodohnya :
“The truth is…
You make your own destiny, understand?
Don’t wait for it to come to you”
-Only You, 1994-
Jangan menunggu apapun yang dari luar diri datang, bergerak mulai dari dalam. Gitu kali ya,… ya ‘kan?
(Ketiga: jangan percaya ramalan… dosa! 😊)
Pesan dari fortune teller tadi cocok banget disampaikan pada Faith yang keukeuh menunggu jodoh dengan nama yang tepat, bukannya memilih orang yang tepat. Adegan saat ia teringat kembali setelah dewasa dan kisahnya mengejar pemilik nama tertentu yang diyakini adalah jodohnya, itulah yang bikin seru.
Seperti yang saya tulis di awal, ini mungkin cerita receh karena film ini punya kenangan personal saja buat saya, enggak bagus-bagus amat untuk digolongkan sebagai film yang harus ditonton. Tapi kalau gabut dan ingin sekadar merasa terhibur, enggak salah juga kalau mau nonton. Yang pasti vibes 90-an kerasa banget. Masa muda kami yang memang tanpa gadget, sehingga “mencari” sesuatu atau seseorang, atau janjian memang harus pakai effort fisik beneran ha ha ha…
Tuh kan jadi inget lagi, kalau dulu di kampus mau janjian sama seseorang aja, nitip pesannya paling aman sama bapak tukang parkir, sebelum mengenal *penyeranta (pager) dan HP, karena beliau yang standby seharian di tempat yang sama.
Cerita ini ditutup dengan mengambil pelajaran, bahwa ternyata hidup memang harus dijalani dan bergerak saja terus secara sadar setiap detiknya dan jangan terlalu khawatir.
“Apa yang melewatkanku tidak akan pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku, tidak akan pernah melewatkanku”
-Umar Bin Khatab-
Seperti Faith yang akhirnya sadar dan menemukan jodohnya melalui lika-liku pencarian sebuah nama, seperti halnya saya menemukan kembali film ini setelah 30 tahun berlalu, bahkan saat saya lupa bahwa saya sempat mencarinya.
Sudah ah… setelah memaknai satu hal lagi, mari melanjutkan hidup (lagi dan lagi)… 😊
*penyeranta/pager https://id.wikipedia.org/wiki/Penyeranta