Mengapa aku menyukai cerita di balik layar?
Mengapa aku tertarik kisah di balik gambar?
Karena, yang terlihat bisa mengecoh
Karena gambar yang terlihat biasanya hanyalah satu gambar pilihan terbaik,
dari belasan gambar yang gagal atau kurang menarik.
.
Aku lebih tertarik pada yang sesungguhnya terjadi.
Pada cerita dari gambar-gambar yang gagal tayang
Aku lebih tertarik mendengar detik-detik perjuangannya.
Karena banyak gambar yang kulihat tidak sesuai kisah yang kutahu sebenar-benarnya.
.
Seperti fotoku ini.
Yang kaulihat aku minum kopi dengan seseorang.
Aku, menikmati hari
Aku ngopi cantik
Aku mencoba mengambil sudut terbaik
Aku menangkap momen dan melemparkan kesan
Aku, mungkin bisa menarikmu berpikir sesuatu.
Iya kan?
.
Padahal sesungguhnya cerita di balik foto ini bukan tentang aku.
Cerita ini bukan sekadar tentang kopi sore yang nikmat itu.
Foto dua cangkir kopinya hanya diambil selama satu dua menit,
dari waktu satu jam kami berdua, saat pesan dari pekerjaan masuk dan sejenak menjeda.
Ini juga satu gambar yang terpilih, dari tiga foto yang kuambil
(foto yang lain tidak pas untuk tulisan ini! 😀 )
.
Sekali lagi, cerita di balik gambar ini bukan tentang aku.
Bahkan lebih baik:
Cerita tentang lelaki yang gambarnya buram, wajahnya terpotong di belakang,
Yang mengajak istrinya kencan walau sebentar.
Cerita tentang lelaki yang tidak pernah merasa perlu terlihat di depan.
Padahal, dia yang memungkinkan adanya kencan.
Dia yang memungkinkanku mengambil gambar yang dapat menuai kesan dan komentar
(yang entah bagaimana).
Obrolan yang tidak terekam di foto ini juga membuat kami tergelak-gelak seru.
Kau tidak membayangkan ada gelak di balik foto ini, kan?
.
Jadi… tidak akan ada foto ini, tidak akan ada cerita ini,
kalau tidak ada lelaki yang bahkan hampir tidak terlihat di gambar ini.
Foto ini juga tidak lebih bernilai dari apa yang kami bicarakan,
tidak lebih berharga dari waktu yang kami luangkan.
.
Beruntung, cerita di belakang kopiku hari itu baik-baik saja.
Karena tentunya, ceritaku juga tidak selalu sedemikian baiknya.
Namun tahukah?
Ternyata di luar sana banyak cerita di balik layar yang lebih jauh dari tampilannya.
.
Aku sanggup menuliskan ini, setelah berkali-kali terperangah mendapati yang nyata.
Nyata dari berita, hingga nyata di depan mata.
Menyimpulkan, bahwa yang terlihat belum tentu sama dengan cerita sebenarnya.
Intip saja belakang layarnya.
.
Eh, tapi sesungguhnya tidak perlu juga.
Fokus saja pada yang di belakang layar ceritamu sendiri.
Jangan lupa dengan bahagiamu yang di balik layar, tanpa penonton.
Itu ceritamu yang sejati.
Pastinya kamu sendiri yang tahu.
(Ini pesan keras untukku juga)
.
Perbanyak bersyukur,
Selamat berbahagia di belakang layar…
Foto:
28 Februari 2018
Suatu sore yang cerah dengan dua kali gelak setengah teriak di Ya Kun Kaya Toast
bersama dua cangkir kopi susu, satu mangkuk telur setengah matang,
dan roti dengan selai sarikaya.
Ah, pasti aku sudah mulai lagi membuatmu berpikir sesuatu. 😀
Sudahi saja ya?