Edisi Kangen yang Kesekian

Halo adik laki-laki!
Kamu lagi apa?
Bermain dengan malaikatkah?
 
Ah, kamu fenomenal sekali, ya!
Pergi semuda itu.
Iya… ‘muda’ bukan ‘mudah’
 
Aku tahu kamu tidak pergi ‘semudah’ itu.
Kami tahu, umur 33 itu lelaki lagi ‘hot-hot’-nya
Hot berkarir
Hot menabung,
Membangun cita-cita.
Apalagi kamu belum lama menikah.
Kamu berharap punya anak, lalu menolak kemoterapi.
 
Tapi tahu kamu tidak?
Mungkin keluarga lain yang tidak kehilangan anggota keluarga semuda kamu,
tidak akan ‘ngeh’:
Kepergianmu membawa pelajaran bagi kami.
Kematian itu dekat.
Betul, ‘You Only Live Once’
Tapi, ‘Once You Die, It’s Forever
Lalu, ada pertanyaan: ‘Forever’ macam apa?
 
Kami tahu, mimpi-mimpimu sebelum penyakit itu menyerangmu.
Kami tahu, walau kamu ‘ngocol’ dan ‘pembanyol’, shalatmu tak putus.
Kami ingat rejekimu banyak yang tak disangka-sangka.
Kami ingat pesan-pesan terakhirmu yang semuanya seputaran akhirat.
Akhirat itu selamanya.
Dekat dan berat.
 
Dari kepergianmu kami belajar bahwa menikmati hidup yang sekali ini,
harus menyenangkan, tapi tetap di jalan yang benar.
Saat tengah ‘gila dunia’ lalu kematian tiba-tiba memanggil, kita mau apa?
Rindu kami padamu berat, tapi lebih berat lagi tanggung jawab di akhirat.
Biar kami tanggung rindu padamu,
sambil mempersiapkan jalan kami bertemu kamu.
 
Ah, adik laki-laki!
Saat aku rindu, aku ingat lelucon-leluconmu.
Saat aku lalai, aku ingat juga umurmu.
Sampai hari ini aku masih diberi napas 9 tahun lebih lama
dari jatah hidupmu,
Entah sampai kapan.
Kamu, pengingat kami
Bahwa, setiap detik sangat berarti.
 
Maka hidup kami diisi tawa, kesenangan, tapi bukan ‘kegilaan’
Hidup kami tetap seru, tapi bukan tanpa rambu.
 
Wahai adik laki-laki yang tak kenal uban dan keriput…
Sudah adzan di sini.
Sampai jumpa di rasa kangen edisi berikutnya, ya!
 
 
Bandung, 13 Maret 2018
Magrib

 

 

Gambar:
Tentara Mainan di balik jendela,
toyphotography by RaJul (14/03/18)

 

 

 

You may also like