(Semoga) Bukan Endgame

 

“Serem, Seperti di film-film ya?” kata saya pada suami.

Halo Dunia! ini tahun 2020. Tahun yang angkanya cantik, dan kebetulan 2 dan 20 adalah angka yang seumur hidup menjadi favorit saya. Sayang sekali, kita harus mengalami pandemi global yang bernama Virus Corona (COVID-19).

 

It’s Happening

Iya,  seperti di film-film yang pernah kita tonton, sayangnya ini bukan film. Tahun 1995, ada film Outbreak tentang virus, lalu film-film mencekam semacam Bird Box, A Quiet Place, World War Z rasanya bisa menggambarkan hal yang sama. Sayangnya, kalau serangan Zombie di film World War Z bisa kita lihat, Virus Corona tidak. Tidak terlihat, namun mewabah, dengan risiko kematian. Si Virus ini hampir sama dengan jentikan jari Thanos yang berakibat fatal.

Tiba-tiba negara-negara di dunia menghadapi isu besar yang sama. Mencekam. Dan Indonesia tiba gilirannya (semoga sejak berbulan-bulan lalu negara kita tidak hanya menonton saat negara-negara lain sudah melakukan banyak hal, dan siap dengan strategi dan antisipasi. I crossed my finger on that). Saat saya memikirkan tulisan ini, anak saya masih masuk sekolah. Dan saat tulisan ini benar-benar mulai saya ketik, kegiatan tatap muka di sekolah ditiadakan selama dua minggu, diganti dengan sistem daring. Selama ini, ada beberapa hal dalam pemikiran saya.

Bagaimana yang sudah terpapar?

Melihat dampak Virus Corona di negara-negara lain kemarin, saya jadi berpikir. Melihat berita, saudara-saudara di Sikka, Nusa Tenggara Timur dalam menghadapi DBD saja, hati ini waswas. Apakah tenaga medis cukup? Obat-obatan cukup? Tempat menampung pasien cukup?

Saya, hanya berharap tenaga medis kita, fasilitas rumah sakit kita cukup memadai untuk menghadapi situasi lebih besar lagi dari DBD di Sikka ini. Berharap, pemerintah mampu melindungi rakyatnya. Saya tidak sanggup membayangkan lelahnya tenaga medis bila harus menerima puluhan orang setiap hari, dan harus tetap merawat yang sudah masuk. Dan di rumah sakit, orang yang dirawat, bukan hanya mereka yang terpapar Corona. Saya bayangkan para perawat dan para dokter tidak  hanya merawat pasien, tapi juga membawa kekhawatiran dan risiko yang sama besar.  Mereka punya keluarga, dan mereka punya energi yang terbatas.

Seperti banyak sekali thread yang  kita terima, mudah-mudahan, dengan kita banyak di rumah, dan mengambil jarak saat bertemu orang, kita jadi makhluk yang tidak egois dengan tidak menyengaja membiarkan diri kita menjadi agen si virus. Aamiin Ya Allah.

Ikhtiar, lalu Tawakal

Tidak ada sesuatu apa pun di dunia ini yang terjadi tanpa izin Allah Swt. Namun, sebaiknya manusia mengambil waktu untuk mencerna. Apa yang sedang terjadi? Mengapa terjadi? Apa pesan dan hikmah yang bisa kita ambil?

Ka’bah berdiri sendiri. Sepi, tanpa ada yang mengitari. Sementara umat Muslim rindu, ingin memeluknya. Ah, tapi ada Allah yang menjaga, bukan? Sang Pemilik, Sang Maha Kuasa yang keberadaannya harus jauh jauh jauh melebihi Ka’bah-nya sendiri dalam hati umat-Nya.

Apakah kita terbiasa untuk menggali hikmah dari setiap kejadian yang tidak mengenakkan? Ini saatnya menggali.

Beberapa tahun belakangan ini saya, mulai terlatih membiasakan diri segera mengambil pelajaran, daripada berkubang. Semakin sering berlatih, durasi keluhan dan rintihan semakin singkat. Terima kasih pada rasa tidak menyenangkan, yang membuat kita bertumbuh. Saat ada kejadian tidak enak yang “level biasa” sekali pun, sekarang ini, saya (hampir selalu) otomatis berusaha menguak tabir di belakangnya. Pasti ada pesan, ada hikmah. Dan kadang, kita memang harus merasakan kepahitan dulu, untuk disadarkan-Nya.

Berserah adalah hal yang terbaik, bahkan wajib. Namun, seperti kisah saat Rasulullah mengingatkan seseorang yang hanya bertawakal tanpa ikhtiar dengan melepas begitu saja unta miliknya di pekarangan tanpa mengikatnya, maka seperti itu jugalah kita harus bersikap. Jangan hanya berserah tanpa usaha. Menjaga jarak, membatasi interaksi di ruang publik, minum air putih yang banyak, mencuci tangan, tidak bersalaman, menggunakan masker bila sakit, dan berbagai macam upaya pencegahan lainnya, adalah bentuk ikhtiar. Selanjutnya baru berserah, bertawakal.

 

Mari saling mendoakan, dan terus berusaha stay safe and healthy, ya!

Jangan biarkan Thanos menang!

 

Ditulis 16 Maret 2020

 

(Next)

Anak Belajar di rumah selama 2 pekan?

Ah… ini bahasan spesial. Saya ingin menulisnya secara terpisah. Klik di sini

You may also like