Memoritimo (Bukan ulasan)

Perihal membeli buku, saya tidak bisa ditebak, tidak bisa juga dipercaya. Kadang tetap setia pada wishlist: Buku yang dibutuhkan, best seller, dilihat siapa penulisnya atau rekomendasi. Tapi, sering juga saya masuk toko dengan niat mencari judul A, keluar dari toko dengan judul buku B. Buku yang tidak ada dalam list, bukan pula rekomendasi banyak orang. Kenapa-kenapanya, saya tidak punya alasan yang pasti. Bisa karena tertarik membaca blurb di belakang buku, bisa karena keingetan karena pernah mendengar, bisa karena langka, bisa karena diskon, atau karena kover yang menarik. Asumsi saya lainnya, buku-buku best seller Insya Allah masih ada pada kedatangan ke toko berikutnya atau menunggu cetakan berikutnya. Jadi buku-buku lain yang entah kenapa tiba-tiba bertemu pandang, lebih mungkin dibawa pulang duluan. Kalau sedang ada anggaran lebih, ya yang direncanakan ikut pulang juga.

Saya percaya bahwa kemasan, walau tidak selalu jadi jaminan, adalah salah satu elemen promosi yang penting. (Teringat lagi deh waktu belajar marketing mix. Ha ha ha… ). Sekarang, banyak orang berjualan produk yang sama. Maka yang membedakannya adalah added value yang diterima pembeli: warna packaging, pesan personal yang mengikat hati, pita kemasan yang lucu dan lain-lain. Begitu pun dengan buku. Bisa saja kesan pertama desain kover menggoda, dapat pembatas buku, gantungan kunci, dapat tas blacu, ada sticker, boneka, ada tanda tangannya. Ya, tentu isi buku semestinya tetap nomor satu.

Nah… buku pada gambar di atas, lebih kurang begitulah nasibnya hingga saya bawa pulang. Judulnya: Memoritimo; Ada Cerita dalam Setiap Nada. Pertama, karena kovernya unik berbentuk kaset lagu pada zaman remaja dulu, dan bolong beneran lho! Kedua, karena judul dan para penulis yang sebagiannya datang dari industri musik dan film. Ada penyiar, gitaris, vokalis, redaktur majalah musik, penulis lagu dan lain-lain.  Ternyata di dalamnya, mereka masing-masing menulis sebuah tulisan, berdasarkan judul sebuah lagu.

Bukunya diterbitkan tahun 2012. Saya beli di sebuah bursa buku tahun 2019. Harganya Rp. 14.000,- didiskon. Saya suka jika ada surprise dari apa yang saya baca atau tonton. Bring it on! Saya juga menikmati perbedaan setiap kontributor dalam cara mencerna dan menyampaikan. Ada beberapa penulisan yang terasa indaaah sekali. Saya sampai mencari tahu profil penulisnya, di halaman belakang. Ada juga yang menulis menggunakan bahasa nyantai sehari-hari, seakan penulisnya sedang chatting. Beberapa nama juga tampaknya adalah penulis lagu. No wonder, poetic…

Apa pun profesi seseorang, yang membedakan caranya mengapresiasi, menginterpretasi dan berekspresi adalah jiwa seni di dalam dirinya, dan latar belakang yang kita tidak tahu. Bagaimanapun, saya merasa tidak punya hak untuk menakarnya. Saya penikmat saja. Kovernya, jelas jadi alasan awal saya untuk menyimpan ini buat kenang-kenangan, tentang bentuk penyimpanan lagu zaman baheula. Keren…

 

Enjoy, Be free…

You may also like