Menulis Skrip Manderek: Menangkap Cerita, Membuat cerita

Saya mencari file “prakarya” Manderek tahun 2018 di laptop untuk mengumpulkan portfolio pekerjaan scriptwriting sekalian benchmarking untuk proyek berikutnya. Ternyata video finalnya sudah diunggah oleh editornya beberapa bulan lalu. Jadi saya tinggal buka saja.

Semesta suka begitu ya… suka tau aja yang dibutuhkan

Ini salah satu pekerjaan yang berkesan, dan menyenangkan. Order-nya adalah membuat bahan presentasi yang menarik, dengan skrip yang tidak terlalu kaku, namun tetap menyajikan keterangan yang diperlukan.

Awalnya, saya dikirim video mentah berdurasi lumayan panjang untuk menentukan apa yang bisa diolah. Yang agak kocaknya, isi video itu totally gambar pemandangan (yang direkam drone) dari awal sampai akhir, dan tanpa suara. Memang ini tujuannya non komersil, sehingga hanya menggunakan video yang ada (tanpa budget khusus shooting) dan tanpa direncanakan. Jadi, walau yang paling dominan adalah gambar pepohonan, tetap saja harus diolah sebaik mungkin.

Saya mulai mencatat di menit-menit keberapa saja gambar yang sekiranya menarik untuk ditampilkan, dan membuat konsepnya. Setelah itu, membuat skrip yang disesuaikan dengan tujuan pembuatan video ini. Bahan-bahan yang kurang, dilengkapi oleh editor.

Yang menarik juga adalah mencari backsound yang sesuai. Ini penting sekali, untuk membantu “mengantar” atau “menemani” gambar pemandangan yang cenderung monoton tadi itu. Manderek berada di dataran tinggi Gayo, Kabupaten Bener Meriah. Jika kita mau menuju ke Danau Lut Tawar di Takengon, kita akan lebih dahulu bertemu dengan Manderek. Kami sepakat menganalogikan Manderek sebagai terasnya Tanah Gayo.

Setelah itu, semua catatan mentah (mulai dari menit-menit mana saja dari video yang akan diambil, skrip, hingga pilihan backsound) dikirim ke editor yang akan membungkusnya.

Jadi, mengapa “prakarya” satu ini sangat menyenangkan buat saya? Prosesnya, pasti.

  • Seru ketika memilah bagian yang sekiranya keren untuk ditampilkan, dan yang kurang untuk dilewatkan. “Nongkrongin” video mentah di suatu siang sambil terkantuk-kantuk, ternyata ada hasilnya.
  • Berkreasi lagi
  • Merasakan yang namanya kolaborasi tanpa pertemuan. Sesungguhnya sebelum pandemi pun, saya sudah work from home. Dan yang ini lebih lagi. Saya belum pernah kenal langsung dengan video editornya. But it was done, anyhow.
  • Saya baru tahu kisah Radio Rimba Raya, yang kehadirannya ternyata cukup penting sebagai bagian sejarah Indonesia. Tidak jauh dari Manderek, terdapat monumennya. Mungkin banyak yang belum tahu juga. Silakan googling, karena kisahnya cukup menarik. Ini salah satu yang menyenangkan saya dalam pengerjaan scriptwriting. Informasi baru!

Salah satu link yang bisa dijadikan referensi mengenai Radio Rimba Raya: klik di sini

  • Hasil akhirnya adalah video berdurasi 3 menit 20 detik yang cukup memuaskan. Walaupun video mentahnya bisa dikatakan monoton, namun berhasil dikemas dengan baik oleh editor Dimas Dwilistyo. Senang sekali melihat semua bagian menjadi satu rangkaian yang bisa dinikmati.

 

Silakan klik di sini untuk mengintip 😀

 

You may also like