#11 – Mawar Hitam

Memperingati Hari Buku Nasional 17 Mei 2021, saya mencoba mengunggah 17 buku berbahasa Indonesia, yang pernah saya baca. Dipilih secara acak, urutan unggahan juga tidak menunjukkan apa pun. Ini akan sangat menyenangkan, karena saya akan kembali menelusuri rak buku di rumah. Belum tentu buku terlaris yang akan saya unggah. Belum tentu juga buku baru. Mungkin berbentuk ulasan, mungkin hanya tentang perasaan. Semata-mata ingin bercerita tentang sebuah buku.

 

Unggahan #11 – Mawar Hitam

Kumpulan Cerpen

Penulis: Candra Malik

Penerbit: PT Bentang Pustaka

(Cetakan Pertama, Agustus 2015)

 

Membaca cerita-cerita di buku ini, rasanya seperti membaca puisi yang panjang, atau cerita pendek yang puitisnya poll!. Begitulah kalimat yang paling sederhana yang sanggup saya rangkai, bila ditanya mengenai perasaan pasca menamatkan kumpulan cerpen Mawar Hitam, waktu itu. Bahkan saat membaca ulang sebagian ceritanya pun, rasanya tidak jauh berbeda.

Pengalaman saya dengan buku ini: lebih nikmat bila membacanya tidak dalam keadaan tergesa. Banyaknya kalimat kiasan (yang indah pula), membuat saya tidak bisa hanya sekadar membaca, lalu mendapatkan cerita. Dibutuhkan lebih dari sekadar membaca. Disinilah istilah menyimak dan mencerna juga menjadi harfiah kebutuhannya bagi saya. Jangan lupa hadirkan satu hal lagi: menikmati.

Rasanya saya dapat pelajaran lain lagi untuk menulis dan menikmati bacaan.

 

Prosa yang puitis, puisi yang prosais, kata Andrei Aksana. Itu dia!
Penggalan dari cerita berjudul Sketsa Kinaya

Dalam gelayut, engkau yang kisut bagai dipungut dari laut, larut hingga cahaya bulan surut dibalut kabut,….

Oh… kalimat-kalimat berima itu, bahasa yang indah itu, kedalaman makna itu… Bagaimana? kamu suka? atau lebih suka dengan cerita-cerita dengan bahasa keseharian yang tidak puitis? Jangan lupa: nikmati saja.

 

 

 

You may also like