#13 – Atas Nama Malam

Memperingati Hari Buku Nasional 17 Mei 2021, saya mencoba mengunggah 17 buku berbahasa Indonesia, yang pernah saya baca. Dipilih secara acak, urutan unggahan juga tidak menunjukkan apa-apa. Ini akan sangat menyenangkan, karena saya akan kembali menelusuri rak buku di rumah. Belum tentu buku terlaris yang akan saya unggah. Belum tentu juga buku baru. Mungkin berbentuk ulasan, mungkin hanya tentang perasaan. Semata-mata ingin bercerita tentang sebuah buku.

 

Unggahan #13 Atas Nama Malam

(Kumpulan Cerpen)

Penulis: Seno Gumira Ajidarma

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

(Cetakan ketiga, Februari 2002)

 

Dilihat dari nama penulisnya, tentu saja saya merasa tak layak mengulas isi buku ini. Tapi ingin rasanya membagikan kesan saya setelah membaca buku ini.

Ada dua bagian atau dua kelompok cerita.

I: Suatu Malam, Aku Jatuh Cinta (14 cerpen)

II: Suatu Malam, Aku Bercerita (10 cerpen)

Seperti yang tertulis di blurb:

Sebagian besar cerita dalam buku ini berkisah tentang orang-orang malam: kehidupan dan percintaan yang berlangsung di malam hari.   

Membaca 14 cerpen pertamanya, membuat saya serasa ada di sebuah bar. Dari suasana, pilihan lagu, hingga minumannya.

 

Di antara asap dan riuh obrolan, aku mendengar ia menyanyi.

do you know where you going to

do you like the things that life is showing you

where are you going to, do you know?3

Aku menunggu kalau ia akan balik lagi dan duduk sambil bercakap-cakap di hadapanku. Tapi, ia tak pernah kembali, meskipun minumannya belum habis. Selesai menyanyi ada tamu mengundangnya duduk. Setelah bar tutup selewat tengah malam, ia pulang bersama tamu itu.

(Penggalan cerpen berjudul Bibir, hal 12)

 

Selain karena banyak nonton film hingga punya referensi tentang bar dan dunia malamnya, saya pun terbantu dengan banyaknya keterangan bergambar di buku ini.

Bagaimana dengan cerita-ceritanya? Karakter-karakter, jalan cerita dan dialog ditulis dalam kisah menarik yang saling berangkaian*. Pastinya, tidak perlu dikomentari lagi cerpen-cerpen beliau ini. Tapi kalau boleh saya menggambarkan perasaaan saya: Saya membayangkan menonton teater, dengan setting panggung suasana di bar, musik jazz,  gumaman dari tiap meja dan denting gelas beradu.

Selain itu, melihat dan membaca sekitar 20 keterangan bergambar dari 14 cerpen pertama di bagian tengah buku, saya seperti melihat sebuah kliping dengan keterangan yang membantu menjelaskan cerita-ceritanya. Menarik.

 

*)Bukan bacaan untuk anak-anak.

 

 

 

 

You may also like