Kartu ucapan kosong di depannya, ia pandangi terus. Jemarinya bersiap-siap menuliskan sesuatu. Lalu, ia ragu. Kata-kata dan cerita sudah habis. Bukankah selama ini yang mereka lakukan berdua memang bercerita? Semestinya, ia sudah tak perlu menulis apa-apa lagi Seharusnya, seluruh indra Kanti bisa merasakan semuanya, bukan membacanya… Ini waktu makan siang. Kamil enggan keluar dari […]
Kejutan Kanti (2)
Cerita sebelumnya klik di sini Kartu ucapan di depannya itu, akhirnya ia biarkan kosong dulu, karena perut kosongnya dikejar waktu makan siang yang hampir habis. Masih ada nanti sore atau malam untuk menuliskannya. Saat makan siang, telepon genggam di tangan Kamil berbunyi. Dari Dian, sahabat Kanti. Hanya perlu beberapa detik bagi Kamil untuk menebak […]