Pembelajaran Jarak Jauh: Cara Belajar Abad Ini :)

Susah sekali memilah, merangkai foto Pembelajaran Jarak Jauh anak. Terlalu banyak yang menarik. Ya, pada akhirnya, kita seperti punya sebuah album “seri belajar di rumah” yang super lengkap tentang anak kita. Jadi foto di atas, hanyalah pilihan selewat dari dokumentasi yang jumlah sesungguhnyaaa…ah tau sama tau lah….

Buanyaaak!

 

Jumat, 15 Mei 2020

Hari terakhir Ramadan Fair di sekolah anak kami, sekaligus menandai akhir dari Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sebelum Penilaian Akhir Tahun. School From Home itu rasanya sesuatu banget ya? Apakah ibu-ibu lain menghela napas lega juga? Saya, lebih kurang begitu. Ternyata, selama PJJ, Hari Sabtu dan Minggu tetaplah dua hari yang ditunggu-tunggu. Kita ikut rehat dari mendampingi anak-anak belajar di rumah. Saya, baru hari ini juga terpikir untuk merangkum apa yang terjadi, karena selama dua bulan ini, lebih banyak melakukan dan menyimak. Saya termasuk yang jarang mengunggah foto kegiatan PJJ itu. Ada sih, beberapa momen penting yang saya unggah sebagai penanda. Tapi tidak banyak juga.

Tunggu. Saya pejamkan mata dulu, membayangkan bagaimana semuanya dimulai. School From Home dan Work From Home adalah isu yang sama-sama besar, sebagai dampak dari  Pandemi Virus Korona. Namun, saya rasa, cerita ortu dalam mendampingi dan mendokumentasikan tugas anak-anak, jauh lebih heboh dari orang dewasa yang harus membiasakan diri bekerja dari rumah. We are dealing with kids!

 

Pertahanan memori HP yang jebol

Telepon genggam saya, dibeli tahun 2018. Sampai detik ini, tidak ditambahkan memori sama sekali. Memori yang saya pakai, ya memori bawaan Si Hape itu. Selama dua tahun memilikinya, baru kali ini, hampir tiap malam saya harus memindahkan data dari telepon genggam ke komputer jinjing. Pasalnya, HP saya lebih praktis bagi anak untuk mengunduh tugas-tugas dari sekolah, sekaligus merekam dan mengirim  dokumentasi hasil pekerjaannya pada ibu guru.

“Lalu lintas” PJJ anak saya, ya otomatis lewat HP. Saya melakukan aktivitas sendiri, dengan laptop. Makanya, kadang setengah hari, saya praktis tidak memegang telepon genggam saya sendiri, kecuali saat membantu mendokumentasikannya.

Ada yang merasa senasib?

 

Pertahanan ibu yang jebol

Anak-anak yang kadang menjadi emosional karena tidak bisa kemana-mana, itu mah sudah pasti ya. Bagaimana dengan Ibu-ibu? Ya stay at home, penghasilan terancam berkurang, harus jaga kesehatan keluarga dari Si COVID-19, belum lagi kalau sedang PMS 😀 Lengkaaap…!

Kalau saya, jadi lebih banyak sesi ngobrol sama suami. Dari pillow talk, kitchen talk, living room talk, stairs talk, bla bla bla. Sudah semacam lokasi Pre-Wed aja di rumah kecil ini, dimana-mana jadi meeting spot. Alhamdulillah, suami saya orang yang super tenang. Saya selalu ada tempat diskusi yang adem. Jadi, masa “mengaum”nya tidak berkepanjangan.

Lalu, bagaimana Ibu Guru ya? Ah… malu sama Ibu Guru, yang ikhlas mengajari anak saya dari jauh, sementara kita semua, termasuk Bu Guru pun dalam kekhawatiran yang sama atas keadaan pandemik ini. Berterima kasih sekali, bahwa Bu Guru tetap semangat menyiapkan materi, dan sabar membimbing anak-anak didiknya.

Cerita saya, pasti hampir sama dengan cerita ibu-ibu lainnya. Setiap saya menengok sosial media, ya samalah kita-kita ini. Semua ibu “akrobat” mendokumentasikan, sampai berapa kali “take” gambar. Yang dikerjakan anak-anak satu angkatan di sekolah kami juga sama. Semua anak heboh, saat berinteraksi di grup. Yang terjadi, semacam cerita Cara Belajar Abad Ini. Iya enggak?

Salut saya untuk ibu-ibu yang diamanahi anak lebih dari satu. Pasti lebih heboh, dokumentasi menggunung, energi yang dikeluarkan banyak.

Apapun itu, nyatanya kita jadi punya cerita untuk dikenang, ya? #hikmahnoted!

Eh ya, walau yang kita alami sama, mungkin ada sudut pandang berbeda, hikmah yang berbeda pula yang bisa diambil oleh setiap individu, setiap keluarga.

Saya pribadi, punya catatan kecil yang terjadi di rumah saya.

 

Hobi anak tersalurkan lewat PJJ

Jadi ceritanya, sudah lama anak ingin punya akun instagram. Sebetulnya saya agak keberatan. Belum waktunya. Malah, kalau bisa sih kayak Abunya saja. Tidak punya akun sosmed. Tapi akhirnya, kami berdua menyetujui, dengan syarat, akunnya  hanya untuk karya, dan dipegang oleh Abu. Ia ingin bikin akun komik (masih digambar manual). Januari 2020, jadilah akunnya kami buat. Baru dua postingan, dia teralihkan dengan hal-hal lain, dan terbengkalailah si akun.

Selama PJJ, setiap ada tugas gambar poster, gambar komik dari beberapa mata pelajaran, anak jadi posting lagi. Tugas dikemasnya, dengan menggunakan karakter komiknya. Jadi? Sambil menyelam minum air. Tugas selesai, akun pun dapat postingan baru. He he he…

Tugas membuat komik dengan kalimat thoyyibah
@ceritahija

Sholat berjamaah yang hampir selalu “pasti”

Saat kami semua #dirumahaja, maka sholat Subuh, Magrib dan Isya menjadi sholat wajib yang hampir selalu dilakukan berjamaah. Untuk Zuhur dan Ashar, disesuaikan dengan aktivitas masing-masing, (yang biasanya masih cukup tinggi) pada dua waktu sholat tersebut.

Posko yang meluas

Apaan sih ini subjudul? Ha ha ha… begini… jadi sebelum si virus datang, saya banyak menghabiskan waktu di lantai atas rumah. Karena di sanalah terdapat semua barang dan ruang yang saya butuhkan. Buku-buku, alat tulis, ruang kerja, kamar, lemari baju, dan lain-lain. Di lantai bawah, Si Mbak menguasai dapur, dan ruang duduk dikuasai suami yang butuh wifi. Otomatis, saya hanya bergabung dengannya di lantai bawah, saat membutuhkan jaringan internet.

Sekarang? Mbak diliburkan dua bulan ini. Ruang bawah jadi favorit keluarga. Karena selain anak jadi ikutan butuh jaringan internet di lantai bawah, saya juga jadi menghabiskan waktu di bawah untuk menyiapkan makanan, cuci piring, cuci baju, menyetrika, dan tentunya menulis.

Ini sejarah buat saya pribadi. Bagus banget sebenarnya, karena biasanya saya tidak pernah berlama-lama di lantai bawah. Yeay! posko meluas!

Masak-masak romantis

Berekspansi ke lantai bawah, artinya menjalin hubungan lebih akrab dengan dapur. Masak berdua dengan suami, kadang bertiga sambil ngobrol, jadi jadwal rutin. Ini menyenangkan. Akrab dengan dapur, bikin menu-menu improvisasi yang gampang-gampang, yang ironisnya, belum pernah dibuat sebelum masa #dirumahaja tiba. He he he…tenaaang #anotherhikmahnoted.

Si Pucat ini, favorit saya selama #dirumahaja. Pisang+ freshmilk+oatmeal diblender, ditambah sedikit madu dan keju tabur. Biasa aja, tapi baru nyoba. Ter-la-lu, ya?

 

Nah saat kosakata: PSBB, lockdown dan #dirumahaja mulai berubah menjadi satu kata yang sama yaitu: #terserah seperti sekarang-sekarang ini, semoga hal-hal baik yang baru, yang sudah terjadi di rumah kami, bisa benar-benar diteruskan menjadi new normal kami. Aamiin…

 

Stay healthy !

 

 

 

You may also like