Libur Sekolah 2022: This (pre)Teen Spirit

Sebuah wahana bernama Gravitron yang dilihatnya di Youtube, membuat Trans Studio Cibubur menjadi destinasi kedua yang diincar oleh anak 12 tahun kami, saat liburan sekolah tengah tahun 2022 lalu. Setelah pulang dari pameran Marvel, kami menginap semalam di Jakarta. Besoknya langsung ke Cibubur.

Sabtu, 16 Juli 2022

Sampai di Trans Studio Cibubur, sekitar jam 11.30. Parkir, dengan mudahnya kami dapatkan. Tanggung, makan siang dan sholat dzuhur dulu. Anak lelaki, cukup sabar untuk mengikuti saran kami.

Setelah membeli tiket, kami masuk dan menjelajah wahana di dalamnya. Wave Racer adalah yang pertama, karena antreannya tidak panjang.

 

Wave Racer

      

Setelah itu, wahana Alien Taxi menarik perhatiannya. Para lelaki langsung masuk saja. Tidak ada gambar yang diambil karena ini di dalam ruangan. Yang tidak bisa saya lupa adalah wajah anak lelaki (dan Abunya juga) begitu keluar dari Alien Taxi. Dengan terengah-engah, si anak cerita bahwa ternyata itu semacam roller coaster, tapi dalam ruangan gelap (berkesan di luar angkasa), sehingga tidak bisa terlihat track-nya. Tidak tahu apakah mereka akan berbelok kanan, belok kiri, menurun atau naik. Intinya, cukup menegangkan.

 

Alien Taxi

 

Lepas dari Alien Taxi, semangatnya menjadi-jadi. Hampir semua wahana dia masuki. Dia tidak mau rugi. Bat Glider, Jurassic Island, dan lain-lain. Tentu saja tidak lupa, wahana yang membuat kami datang kesini: Gravitron. Betul, Gravitron adalah tujuan utama anak kami. Sementara saya, sejak melihatnya di Youtube pun sudah enggan naik, karena sudah terbayang mualnya. Teringat pula bulan Februari saya mengalami vertigo yang cukup WOW, jadi yakin 100%, skip untuk wahana ini. Buat yang kuat muter ajalah J

Jadi, Gravitron adalah sebuah wahana yang berputar kencang, yang membuat tubuh terangkat . Jalan masuknya melalui gerbang Science Centre. Bagi yang mau melihat saat wahana berputar, bisa naik ke lantai atas dan mengambil foto atau merekam videonya. Awalnya saya pikir anak kami hanya akan berputar sendirian karena tidak terlihat pengunjung lainnya. Setelah saya dan suami sudah berada di atas untuk melihatnya, datanglah 6 orang anak perempuan yang kami perkirakan seusia anak SMP atau awal SMA. Lalu, setelah petugas memberikan petunjuk, ia meninggalkan tempat dan menutup pintu. Anak kami dan anak-anak tadi bersandar berseberangan. Terlihat salah satu dari mereka melambaikan tangan, menyapa anak kami yang malu. Dia diam saja.

 

Gravitron

 

Ruangan mulai berputar. Awalnya pelan, lalu semakin kencang. Terlihat anak kami terangkat badannya dari lantai, hingga sekitar 40cm dari lantai, namun tidak sampai miring (lihat banner di luar wahana, ada yang sampai tubuhnya miring). Ia tetap menempel di dinding wahana. Saya melihatnya seru, sekaligus semakin yakin, bahwa saya bisa muntah saking pusingnya. Tidak sampai 2 menit, wahana berhenti berputar. Alhamdulillah anak kami terlihat baik-baik saja, melambaikan tangan ke arah kami. Kami yang nonton sudah angkat tangan. Eh, ternyata… salah satu dari rombongan anak perempuan tadi, muntah. Teman-temannya plus yang bersangkutan pun ketawa semua. Tuh kan… saya sudah bayangkan bakal begitu juga 😀

 

Hari Sabtu. Entah karena kebijakan semasa pandemi atau memang dari dulu, Trans Studio Cibubur tutup pukul 19.00. Ternyata waktu sebegitu cepatnya berlalu. Ya, mungkin antrean panjang di beberapa wahana, bisa memangkas waktu bermain. Setelah kami ingatkan bahwa waktu hampir habis, wajah anak 12 tahun itu seperti berpikir (Ah…dia melirik Boomerang Hyper Coaster). Dia ingin naik, tapi ragu. Lalu tiba-tiba dia meyakinkan diri untuk naik roller coaster itu, seperti hendak menyempurnakan kunjungan. Kapan lagi? begitulah yang terlihat dari wajahnya

“Sendiri, gak apa-apa?” tanya Abu.

“Iya gak apa-apa,” katanya yakin, masuk antrean sendirian sambil melambaikan tangannya.

Saya dan Abu berpandangan. Lalu menyaksikan anak sudah maju sedikit demi sedikit ke depan, dan di belakangnya sudah akan mengantre beberapa orang lagi.

“Aku ikut ajalah ya… kasihan,” tetiba Abu berkata pada saya, seraya bergerak masuk jalur antrean mendekati anak kami. Semangaaat Abuuu!!

Setelah mereka hilang dari pandangan saya (track roller coasternya ada di luar Mall), ada cerita lucu. Ternyata justru anak kami yang menanyakan kesungguhan Abu untuk naik roller coaster ini. Ia juga menasihati Abu, agar tidak mikirin. Menurut anak lelaki, Abunya terlihat tegang.

Ehm… Jadi memang ceritanya, saya dan suami sudah lama tidak check-up kesehatan. Tahu kan maksudnya? Secara minyak angin selalu siap sedia di tas. Usia juga Alhamdulillah yah, you know lah 😀 Jadi enggak mau cari penyakit. (Khusus saya, terutama yang berputar-putar statis dan kencang macam Gravitron tadi, sudah pasti bye bye).

Boomerang Hyper Coaster

Singkat cerita, anak lelaki berbahagia, karena menyempurnakan dan menutup kunjungannya dengan hal yang paling challenging di tempat itu. Abu? Abu bangga karena tidak menyangka dirinya masih kuat. Ha ha ha…

Adakah wahana yang terlewat oleh anak? Ada, sekitar 3-4 wahana, tetapi yang “penting-penting” menurutnya, sudah diceklis. Aman.

Science Centre
Tilting Village, ilusi optik yang menarik

 

Akhirnya, kami keluar Trans Studio Cibubur ketika semua wahana benar-benar berhenti beroperasi, sudah tidak ada lagi suara lagu di seluruh hall.

Liburan, di permukaan bisa saja as simple as recharging, tentang relaksasi, tentang jeda dari pekerjaan dan pelajaran sekolah, memenuhi hasrat bepergian kami dan memenuhi permohonan anak. Liburan bisa terbalut ringkas dengan judul having fun. Tetapi, liburan sesederhana apapun seringkali membawa ke pemahaman lain, lebih dari sekadar “keseruan”.

Setelah disimak, ternyata bocah sudah besar, dan lebih berani dari emaknya. Terasa sekali perubahannya. Sama seperti menyimaknya dari tidak bisa bicara sewaktu bayi, lalu jadi bisa bicara. Atau mungkin ada saja anak yang dulunya takut air, kemudian semakin lama semakin berani. Teriak-teriak di laut, tapi lama-lama jadi terbiasa, bahkan suka dengan laut.

Nah, anak kami juga demikian. Dulu, dia takut sekali naik wahana yang bahkan tidak ekstrim di satu theme park, hanya karena harus melewati display gorilla besar, plus enggan naik beberapa wahana “sederhana” lainnya, dengan ketakutan tertentu.

Lalu waktu berjalan. Dari tahun ke tahun, dari kunjungan ke satu theme park ke theme park lain, outdoor maupun indoor, semakin terasa perkembangannya. Berani ini, lalu berikutnya berani itu.. Dan rasa penasarannya berhasil melampaui ketakutannya sendiri. Masih teringat rasa gemas saat itu. Ini kan biasa saja, kenapa harus takut, kapan beraninya, ya? Seringkali saya berpikir. Semuanya terjawab pelan-pelan. Sekarang, dia calon teenager. Dia kini, lebih berani dari dia yang dahulu.

Bertumbuh, memang perlu waktu.

Selalu ada saja pelajaran yang bisa disimak. Liburan 2 hari 1 malam yang ringkas, tapi semuanya mendapatkan “sesuatu”. Dia akhirnya sempat liburan, dan merasa puas telah menuntaskan rasa penasaran. Abu berhasil mengatur waktunya, memenuhi keinginan untuk menemani anak liburan setelah berkutat dengan renovasi rumah. Buat saya? Melihat anak lelaki berputar di Gravitron sendirian, dan benar-benar semangat mengantre sendiri (sebelum Abu akhirnya ikutan) di Boomerang Hyper Coaster, seakan ada pesan:

Sabar Ibu, tenaaang… lihat, kan? semua akan pas pada waktu-Nya.

 

 

Dan, kisah tadi menutup cerita liburan sekolah anak preteen kami di bulan Juli 2022 kemarin.

Biar lambat, asal selamat.

Biar unggahannya telat, yang penting tetap tersemat.

Semoga melekat dan bermanfaat.

Aseek!

 

 

You may also like