Marvel Exhibition: Superheroes, Films and Beyond

“Bu, ini sudah hampir tanggal 27 Oktober lho! Pameran Marvelnya sudah hampir habis!” Kata Mahija sekitar 2 minggu sebelum tanggal yg dia sebutkan itu.

Diam-diam, tanpa sepengetahuannya, Abu mencari tiket pesawat murah. Alhamdulillah dapat. Betulan murah. Jauuuuh lebih murah, daripada tiket pulang kampung kami ke Aceh. Lebih murah daripada ke Bali. Serius. (Enaknya perburuan tiket murah ini diceritakan terpisah ya? LOL…)

 

 

Mungkin sama seperti pemikiran beberapa orang tua, awalnya saya sempat berpikir bahwa pameran Marvel di Malaysia, bagaimana pun, ujung-ujungnya adalah bentuk komersialisasi industri perfilman. Mainan-mainannya pun tak kunjung berhenti diproduksi dan dijual (dan dibeli!), setiap kali Marvel merilis film. Hingga akan ditemukan mainan superhero berbagai macam versi kostum dan perangkatnya, sekalipun filmnya sudah tidak tayang di bioskop.

Sama juga awalnya, saya berpikir bahwa ini tentang menggelontorkan uang “hanya” untuk pameran saja. Melihat-lihat, mengagumi. Sudah. Tidak terlalu bermanfaat. Begitulah awalnya saya pikir.

Hingga, memang cukup lama rentang waktu saya memberitahu adanya pameran ini pada si bocah yang memang suka sekali Marvel, terutama Avengers dengan segala “remah-remah”nya  …

Tetapi, ada sesuatu yang lebih dalam tentang si bocah dengan film pada umumnya, dan Marvel salah satunya. Dari usia playgroup dan TK, saat menonton film (apapun) di DVD, dia tidak sekadar mengulangi tontonan-tontonannya. Seringkali dia mengganti subtitle sebuah film, ke Bahasa Spanyol atau bahasa lain yang tersedia, dibandingkan lagi ke Bahasa Inggris atau Indonesia. Dia juga menonton behind the scene pembuatan film. Kalau untuk animasi, ya dia perhatikan juga gambar-gambar mentahnya.

Memasuki usia SD, tidak hanya menikmati film, ia mulai memerhatikan perusahaan yang memproduksi film itu, dan spesial Marvel dengan Avengers-nya, dia banyak tahu pada tahun berapa sebuah film dirilis, dan nama asli para pemeran film Avengers. Iya, Mahija pernah sampai terganggu saat melihat  sebuah kaos di sebuah toko, di mana gambarnya adalah tokoh Superman keluaran DC, tapi di tag bajunya adalah produksi Marvel. (Tentu, baju tersebut tidak resmi).

Yang rada nyebelin, dia suka menguji Abu dan Ibu. Menanyakan produksi siapakah film Cars? Angry Bird? Film Shrek, Film Inside Out daaan lain-lain. Mana kami ingat satu persatu? Lalu dia suka membantu mengoreksi jika jawaban kami salah. Atau, bentuk pertanyaannya dia balik: Sebutkan judul-judul film yang diproduksi Pixar? Dreamworks? DC? Warner Bros? Blah blah blah. Suka deg-degan pokoknya ditanya sama Pak Guru yang satu itu. He he he…

Pada akhirnya, saya tidak tahan lagi merahasiakan Pameran Marvel di Kuala Lumpur darinya. Pamerannya sudah ada dari tanggal 28 Juni 2019 dan katanya akan berakhir tanggal 27 Oktober 2019. Sementara saya baru bilang padanya sekitar 1 bulan, menjelang pameran berakhir. Ujung-ujungnya, ya… bisa ditebak, dia ngebet ingin liat exhibition-nya.

Sepintas, ini adalah liburan pasca pembagian rapor PTS, sekaligus pemenuhan kesukaan anak pada Marvel, Avengers dan superheroes lainnya. Namun, saya dan Abunya menyelipkan tujuan lain. Kami ingin dia berpikir lebih jauh lagi. Kami ingin dia berpikir besar (Searah dengan hobinya menilik banyak hal di balik sebuah film, yang tadi saya ceritakan di atas).

Membawanya ke sana, ingin memberikan gambaran bagaimana sesuatu yang berawal dari passion, bisa sampai memasuki dunia industri. Kami tidak ingin dia hanya berpikir di permukaan. Sudah lama justru kami mengenalkannya pada Stan Lee, kreatornya. Kami berharap dia terinspirasi oleh Stan Lee, melebihi superheroes ciptaannya.

Sesuai kesepakatan: mau jadi apa saja, dia boleh pilih, asalkan bisa melakukannya dengan niat baik, passionate, bermanfaat dan maksimal.

Stan Lee, sepertinya adalah sampel yang cocok untuk menggambarkan hal itu. Dari belakang layar dengan karyanya yang mendunia, hingga jadi tebak-tebakan karena selalu muncul sebentar sebagai cameo. (Ya, anak saya selalu mencari kemunculan Stan Lee yang hanya beberapa detik di setiap film-film superheroes buatannya). Sepertinya hingga menutup mata, Stan Lee berhasil “menerjemahkan” passion-nya dengan tepat.

.

Bagaimana dengan ulasan tentang pamerannya sendiri?

Exhibition yang diadakan di Pavilion Kuala Lumpur, memang terasa ‘Wow’, walau kata ‘Wow’ sendiri juga bisa diartikan berbagai macam. Yang pasti kesan keren, memang terasa.

Di area yang pertama kami datangi begitu pintu dibuka, terpampanglah judul-judul film marvel, berikut tahun dan keterangannya.

 


 

Kocak, melihat anak yang langsung mencocokkan “Ilmu Pengetahuan Avengers”-nya dengan paparan resmi dari Marvel. (Serius, dia memang banyak tahu judul-judul berikut tahun berapa saja dirilisnya! Walau tidak semua, dia juga hampir tahu phase-phase Avengers-nya Marvel, dan menanti yang akan datang).

 

Beruntung, kami datang lumayan pagi, dan weekday pula. Jadi leluasa menikmati pameran, leluasa juga mengambil foto karena masih sepi.

Properti-properti yang biasanya terlihat di film, ada di depan mata. Bahkan katanya sih, kostum maupun alat-alat dan senjata yang dipajang dalam kotak kaca adalah properti asli yang dipakai shooting film Avengers.

 

Oh ya, di pameran ini dibuat station-station atau pos-pos, di mana kita mendapat stempel setelah melaluinya, dan mendapat emblem, setelah berhasil mendapatkan cap di semua station. Kemudian, yang keren adalah sajian augmented reality dan video mapping di beberapa station. Yang cukup berkesan adalah Video Mapping di pos Iron Man, Augmented Reality di Doctor Strange, Avengers Infinity Wars, Captain Marvel dan rasa senang melihat bocah menari bersama Groot! It was fun!

 

 

Selain itu, selebihnya… setumpuk kesaksian atas keberhasilan Marvel menjadi sebuah “kerajaan” di dunia perfilman dan per-superhero-an, kayaknya, ya! Gambaran bagaimana Marvel berhasil membuat penggemarnya selalu menunggu filmnya, mengoleksi komik dan mainannya. Makin terasa bagaimana Marvel bergentayangan di benak para fans, saat kita hampir tiba di akhir pameran.

Area terakhir sebelum keluar adalah area yang bikin galau si fans kecil Marvel kami. Yesss… toko merchandise! Anak excited, sementara Ibu sibuk membandingkan dengan harga di Indonesia. Abu, siap sedia memberikan alasan kenapa sebuah mainan tidak perlu dibeli (selain alasan mahal dan uangnya tidak cukup) he he he. Tidak lupa, kami memberi alasan pamungkas : “Yang paling penting kan sampai juga lihat langsung pamerannya.”

Tetap saja pada akhirnya, satu boks mainan yang dia minta, berhasil dibawanya pulang. Hanya satu, ya gaess….

Mau tidak mau, jadi terbayang pemasukan yang besar untuk penyelenggara yang bersumber dari tiket masuk dan merchandise yang dijual selama lebih kurang 4 bulan. Namun, kami (terutama bocah) cukup puas. Karena, memang itulah yang ingin kami gambarkan pada anak. Berharap dirinya berpikir jauh melebihi superheroes dan film-film produksi Marvel. Dari pemunculan ide, pengembangan karakter, imajinasi, teknologi, sampai pemasaran filmnya, lengkap dengan mainan-mainan yang diproduksi untuk menggiurkan anak-anak dan membuat galau dompet orang tua . He he he…

Mengenai film, di luar itu semua, tentu saja Si Bocah harus punya referensi yang lain, seperti Animonsta dengan BoBoiBoy –nya, The Little Giantz yang memproduksi Nussa, atau Gundala yang diproduksi Bumilangit Studios (oh ya, dia mulai mempelajari Bumilangit dan bocoran fase-fasenya di Youtube juga!).

.

Sama seperti halnya orang tua lain, kami ingin dia sukses sekaligus shalih. Ingin dia menggenggam akhirat, melebihi dunia. Tapi kami juga ingin dia memahami, apa saja yang ada dalam dirinya yang sudah diberikan Allah SWT untuk dimanfaatkan sepanjang hidupnya.

Tidak berlebihan kan doa dan harapan kami?

 

Terima kasih, ada sosok Stan Lee yang bisa menggambarkan hal itu di bidang komik superhero dan film. Seperti layaknya mensyukuri adanya almarhum Pak Habibie yang berdedikasi selama hidupnya, dengan segala prestasi di bidangnya. Yakin, masih banyak tokoh lain yang berhasil menerjemahkan passion-nya, dan membentuknya menjadi semesta dalam kehidupannya.

Ya, bagi kami, ini lebih dari sekadar Pameran Marvel.

Ini tentang penggambaran proses berkarya dan hasilnya.

Apa pun bidangnya.

.

To all Superheroes, Films and Beyond !!!

 

Semua gambar diambil tanggal 20-21 Oktober 2019. Selesai menulis final draft, tanggal 12 November 2019 kemarin. Ternyata, tepat setahun kepergian Stan Lee.

Another sweet synchronicity.

.

.

.

*Hasil browsing: pamerannya yang awalnya dijadwalkan hanya sampai 28 Oktober 2019, diperpanjang hingga 1 Januari 2020. Level 10 – Pavilion Elite, Kuala Lumpur. Silakan googling.

You may also like