Hemat-hemat Bergembira di KL

Ini pelengkap cerita perjalanan kami ke Kuala Lumpur Oktober 2019 kemarin. Tujuan utama kepergian kami ke Pameran Marvel sudah diunggah pertama kali (klik di sini). Lalu kunjungan tambahan ke Petrosains juga diunggah berikutnya (klik di sini).

Tentu saja tulisan ini hanya sebatas cerita saja. Bukan tips liburan murah, karena kami juga enggak segitu jagonya traveling. Sesuai situasi saja. Waktu masih berdua, memang lebih mudah memutuskan. Kombinasi antara moda transportasi yang dipilih (apakah kereta api, bis, pesawat, travel atau mobil pribadi) dengan kualitas tempat menginap. Bisa lebih ketat pengeluaran di penggunaan moda transportasi, atau tempat menginapnya. Pas dana yang tersedia lega, bisa masuk hotel yang lumayan bagus untuk beberapa hari. Ketika dananya sempit, bisa tinggal di hotel yang sederhana, demi menginap 4 malam dan makan pagi di luar, secukupnya saja. Itu pernah terjadi.

Sejak punya anak, kenyamanan anak jadi variabel tambahan untuk membuat rundown dan menentukan tempat. Misalnya jangan sampai keanginan atau jetlag. Jadi matriksnya lebih banyak. Eh ya enggak pakai matriks beneran juga lho ya… he he he…

Tujuan Lo apa?

Saya jadi teringat kata-kata di atas, yang jadi khas-nya seorang pakar finansial. Kata-kata yang awalnya saya anggap sepele, tapi ternyata benar adanya. Paling terasa gunanya saat menentukan dana liburan. Tujuan utama kami apa? Dari cerita sebelumnya, sudah saya ceritakan: Pameran Marvel. Titik. Jadi, selain tiket masuk Marvel, kami harus hitung-hitungan untuk variabel lainnya. Ingin seoptimal mungkin. Optimal=semurah, namun senyaman mungkin.

Tiket dan Hotel 

Punya suami “Si Bolang”, membuat saya mudah. Dia sudah otomatis hunting tiket. Alhamdulillah dapat tiket murah. Sekitar Rp. 300.000,- perorang. Tepatnya, Rp. 288.000,-. Sekali jalan, Jakarta-Kuala Lumpur (dapat makan pula!). Tentu, jadwalnya memang sengaja tidak di weekend. Dari 20 hingga 23 Oktober 2019.

Ya, paham sekali bahwa murah dan mahal itu relatif. Apalagi kami bertiga, jadi harus dikalikan 6 si ongkos tadi untuk nilai total pulang perginya. Mahal juga. Tapi, biar fair, kita konversikan ke perjalanan domestik ya? Tarif tiket pesawat Rp. 288.000,- rasanya tidak jauh dengan ongkos kereta api Bandung-Yogya, ya? Atau tidak beda jauh dengan tiket pesawat Bandung-Jakarta. Jadi ya, tidak mahal juga mengingat rutenya lebih jauh. Tidak lupa ditambahkan juga ongkos Bandung-Jakarta untuk bertiga. Tetap saja menjadi kombinasi yang termurah saat itu.

Selain dapat tiket pesawat murah, kami juga dapat hotel yang cukup bagus (versi budget kami) dan strategis. Tinggal jalan ke venue Pameran Marvel di Pavilion mal, stasiun LRT, MRT. Le Apple Boutique Hotel, dapat tarif sekitar Rp. 300.000,- (lebih sedikit) permalamnya, dan tanpa breakfast. Untuk breakfast kami dapatkan dengan mudah di warung makan seberang hotel. Bahkan pada hari kedua dan ketiga, kami beli nasi lemak bungkus, dari seorang ibu penjaja makanan di pinggir jalan. Ya pasti lebih banyak pilihan makanan hotel yang menyediakan breakfast. Tapi makan nasi lemak bungkus sesekali enak juga. Hemat dan nonjok.

Interior Kamar Hotel

 

Yang masih “loading”, Makan pagi di warung nasi seberang hotel-Day 1

 

Makan Pagi Hari kedua dan ketiga, dari ibu-ibu penjual nasi lemak bungkus. Murah, enak, “nonjok”!

Kali Pertama: Go KL City Bus

Percaya sekali, bahwa Kuala Lumpur dan Singapura adalah destinasi liburan luar negeri yang cenderung akrab di telinga, di cerita, dan di blog hehe… Tetapi seperti pendapat saya di tulisan yang sudah-sudah, destinasi yang sama sekali pun, akan ada yang berbeda di setiap kunjungannya. Entah ada tempat baru, waktu kunjungan yang berbeda (pagi-siang-malam), rute jalan yang baru atau teman jalan yang berbeda.

Ada kali pertama apa pada kunjungan ini? Ini pertama kalinya kami naik bis umum dari Pavilion ke Twin Tower. Iya, kami baru tahu (iya, maaf baru tahu :D) bahwa tersedia bis umum keliling kota gratis dalam beberapa rute. Namanya Go KL City Bus, dan kami menggunakan trayek “Green Line.”

Jadi, kami tunggu bis ini di depan Mal Pavilion, setelah jalan sedikit sekitar 2-3 menit dari hotel, lalu naik bis, dan tinggal duduk manis (kalau masih kosong, ya!), sampai di Twin Tower.

Padahal, sehari sebelumnya kami berangkat dari dan ke tujuan yang sama persis, pakai LRT dan MRT hihihi… selain ada ongkos, perlu jalan sedikit saat pindah dari stasiun LRT ke stasiun MRT, dan sebaliknya. Sayangnya, ukuran “jalan sedikit”nya, ternyata buat anak lumayan bikin pegal, terutama saat pulang. Tapi ya, tetap seru aja, walau bocah kelelahan jalan. Karena semua pengalaman, adalah pelajaran dan kita jadi tahu.

Tentunya, lebih enak naik bis ini. Selain gratis juga praktis bila pas rutenya. Silakan coba layanan Go KL City Bus ini. Sayang, tidak ada fotonya… foto muka kami ada, tapi sama sekali tidak terlihat bis maupun seat-nya… ngapain juga ya? :p. Googling saja untuk penampakan bis sekaligus trayeknya.

Lalu, apalagi pengalaman yang lain selain Pameran Marvel, Petrosains dan Bis Go KL? Ini diaaa

 

Penemuan Terbesar keluarga ini: Nyonya Colors dan ABC

Memang rada hiperbolis sih subjudulnya, Ha ha ha! Soalnya buat keluarga kami sendiri, ini greget banget. Jadi ceritanya keluarga kami yang penggemar film Ipin Upin ini, mencari minuman ABCD (Ais Buah Campur Durian) milik Uncle Muhto (dari film) dari tahun 2015. Kisah pencariannya ada di cerita lama tentang traveling kami yang judulnya Tidur di Kotak . ABCD-nya bukan buat kami. Si Bocah tuh yang sudah penasaran ingin melihat wujud aslinya, tapi belum dapat saja. Lalu, saya berjanji. Kalau ada rezeki, kalau ada waktu ke Malaysia lagi, kita cari di kota (karena waktu itu kami menginap di airport).

Nah… itu  flashbacknya.

Oktober 2019, 4 tahun kemudian…

Sore hari di Mal Suria KLCC, Twin Tower, kita pengin ngopi-ngopi atau snacking. Lewatlah kami di depan sebuah resto bernama Nyonya Colors. Display-nya saja, sudah menggoda. Isinya makanan kecil jajanan pasar, plus beberapa menu tambahan berat yang ringan. Lahh? Ya, coba googling juga Nyonya Colors di KL ini. Saya enggak sempat foto display-nya. Tapi buat yang suka jajanan pasar seperti saya dan suami, ini menggiurkan. Sekaligus mengingatkan rasa ngopi-ngopi di Aceh. Yang berbeda, di Aceh kebanyakan makanan kecilnya disajikan di meja.

Kami pesan beberapa macam makanan kecil, dan setibanya di kasir, seakan ada visual jengjreng!!!… tertulis ABC. Ya, lagi-lagi tanpa D (durian). Pokoknya janji kami padanya siap dipenuhi.

Kami pesan ABC satu saja. Saya tahu banget si anak hanya akan mencicip. Si pemilih itu hanya penasaran antara wujud di film dan di dunia nyata (sebenarnya enggak jauh lah sama Es Campur di Indonesia ha ha ha… ini hanya demi bayar janji). Terpuaskanlah hati kami semua. Abu memang doyan makan kue-kue tradisional a.k.a jajanan pasar itu. Ibu selalu senang kegiatan seperti ini. Snacking, ngaso sambil ngobrol. Cuma ingin teh tarik dan mengincar sisa Es Campur-nya bocah (Eh bohong… ada juga Si Ibu mengambil jatah kuenya Abu. Hahaha)

Penampakan ABC without D. Lunas ya, utang janji Ibu dan Abu 😀

Itu ya enaknya traveling, bisa lihat yang lucu-lucu di balik sesuatu. Baik yang menyenangkan, yang menyedihkan, yang mewah, yang sederhana. Semuanya jadi catatan sebagai manusia biasa. Yang enak nikmati, yang tidak enak catat sebagai pelajaran. Suatu keuntungan juga bahwa saya tanpa sengaja menjadi spesialis latepost. Lebih optimal menyerap perjalanan, jadi optimal juga jika ada yang perlu ditulis atau batal ditulis. Tapi ya jangan sampai 2 bulan seperti  ini juga, ya… very very very latepost. Nyaris basi.

Alhamdulillah, semua sesuai anggaran yang ada, bahkan cenderung hemat, sebanding dengan perjalanan domestik.

Oh ya… all credit goes to….. Abu, “Si Bolang” kami. Lelaki pencinta alam yang dengan matang memikirkan apa yang terbaik buat semuanya, tanpa mengurangi keseruannya. Proporsional lah antara adventure dan kenyamanan buat istrinya yang begini, dan anaknya yang begitu. Si Bolang itu bagian ngurusin tiket transportasi dan akomodasi, Ibu yang usul-usul itinerary dan seperti kebiasaan yang sudah-sudah, menulis perjalanannya. Kenangan buat kami khususnya, dan siapa saja yang menurut semesta perlu membacanya.

.

.

Every day is a journey! Happy New Year 2020 !!!

You may also like